Jumat, 17 September 2010

Kilatan Putih di Langit Siau Tandai Bencana Karangetang (Kesaksian Nelayan dan Camat Sibarut)

Oleh : Ishak Sandala

Malam itu Gunung Api Karangetang tampak tenang, tidak ada tanda-tanda dan aktifitas yang mengkhawatirkan. Tiba-tiba sebuah letusan maha dahsyat keluar dari kawahnya, waktu kira-kira menunjukkan pukul 00.05 kala itu. Membangunkan warga yang sementara terlelap, mengubah suasana menjadi mencekam di kampung Kinali dan sekitarnya Kecamatan Sibarut. Gelap gulita, suara seram gemuruh material yang keluar dari mulut gunung, seolah dunia menjelang kiamatnya.

Dalam hitungan detik, beberapa rumah tersapu material dan aliran lahar panas yang keluar dari mulut Gunung Api Karangetang. Suasana hening sekejap berubah mencekam dan menakutkan. Beberapa nelayan kala itu sedang mencari ikan, dari tengah laut menyaksikan sesuatu seperti kilat. Menyala di puncak Karangetang langsung diikuti letusan dahsyat yang mengingatkan mereka pada letusan puluhan tahun silam.

Camat Sibarut yang menetap di kampung Kinali mengisahkan, ketika itu dirinya sedang beristirahat di rumahnya. Tiba-tiba dikagetkan dengan suara menggelegar berasal dari Gunung Api aktif sepanjang masa itu. Iapun spontan keluar dari rumah dengan maksud ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi. Bersama beberapa masyarakat, dirinya bergegas menuju dua buah kali yang biasanya dialiri aliran lahar Karangetang. Ternyata dugaan mereka salah, letusan malam itu justru menghanguskan ratusan pohon pala milik warga sekitar dan menghancurkan jembatan permanen yang menghubungkan kampung Kinali dan kampung lainnya. Benar saja, ketika hendak menuju lokasi tersebut, mereka sudah tidak bisa melanjutkan langkah karena jalan aspal dan dua buah jembatan permanen yang semula berdiri kokoh itu sudah tak terlihat lagi, hangus dan dari pandangan mereka lokasi itu sudah berubah warna menjadi hitam pekat, seperti ada yang melubangi terus mengarah ke laut.

Musibah ini berlangsung hanya dalam detik, sungguh menakutkan. Saya sendiri langsung terpikir apa salah saya selama ini…” ungkap Camat Sibarut mencurahkan isi hatinya kepada reporter KORAKORA. Segera setelah menyadari bahwa keadaan saat itu sangat membahayakan, ia langsung menghimbau masyarakat sekitar untuk tetap tinggal di rumah masing-masing sambil terus berdoa dan waspada. Himbauan ini berdasarkan pengalamannya setiap kali Karangetang memberangus jarang sekali aliran laharnya mengalir ke arah pemukiman warga. Namun sepertinya takdir berkata lain, malam itu ada satu keluarga yang bermaksud ingin melarikan dengan sepeda motor yang pada akhirnya harus menjadi korban dalam musibah ini. Hedy Tambelangi bersama suami dan kedua orang anaknya terseret material Gunung Karangetang. Tujuh unit rumah lenyap, seakan melengkapi kisah kelam malam itu. “Tak kuasa rasanya kami menerima cobaan ini “, kata Sosipater Pangumpia warga Kiawang.Ж

Tidak ada komentar:

Posting Komentar