Jumat, 17 September 2010

MARTHINUS MANOI, SH: Mereka Tidak Tahu, Kalau Mereka Tidak Tahu

Oleh: Dirno Kaghoo

Siapa yang tidak kenal pria berwibawa yang satu ini. Martinus Manoi, SH adalah putra asli ondong siau. Memulai karier dari jabatan selaku jaksa yang ditempatkan di papua pada masa pemerintahan presiden soeharto. Prestasi demi prestasi dicetak pria penyabar ini. Dirinya bekerja sepanjang 20 tahun di kejaksaan agung kemudian dipindahtugaskan ke Kalimantan untuk menyelesaikan berbagai kasus disana. Alhasil semua dapat dituntaskan tanpa masalah.

Dari pengalamannya, beliau banyak belajar tentang karakter manusia. Ayah kandung Budi Manoi ini mengatakan, perilaku manusia dapat dibaca dari tiga jenis karakter diri, pertama, ada orang yang merasa diri tahu kalau dirinya tahu tentang sesuatu, kedua, ada juga yang merasa diri tahu kalau dirinya tidak tahu tentang sesuatu, tetapi yang lebih parah adalah yang ketiga yaitu orang yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Jenis karakter ketiga ini yang banyak kali menghinggapi mental pejabat yang sarat KKN.

Pria yang dikenal sangat memperhatikan putra-putri Sangihe itu menuturkan kisahnya ketika pertama kali hidup di Jakarta. Beliau dan isteri setianya, menempati sebuah lokasi rawa di bilangan Warakas Tanjung Priok yang kala itu masih belum berwajah seperti saat ini. Dengan menggunakan kendaraan sepeda motor Honda-nya, setiap pagi ia berangkat ke kantor di Jakarta pusat. Setiap sore kegiatannya dilanjutkan dengan mengumpulkan batu-batu dan pasir di sekitar rawa sehingga lama-kelamaan batu dan pasir itu menumpuk dan dapat dibangun rumah yang terbuat tempat tinggal hingga saat ini.

Belajar dari pengalamannya ini, beberapa warga Siau yang juga ikut menempati lokasi tersebut diajak cara hidup bergotong-royong versi pak Manoi. Akhirnya terbentuklah kemudian kerukunan keluarga yang dibangun berdasarkan ikatan solidaritas para partisan yang juga menjalar kepada penduduk non siau di Warakas. Teladan yang dilakukan Pak Manoi dan keluarganya menjadi insipirasi bagi setiap pendatang yang menempati lokasi tempat tinggal yang sama dan memiliki semangat yang sama untuk membangun persekutuan berjemaat.

Dalam melakukan pekerjaannya, yang paling berkesan selama hidupnya, adalah pekerjaan menangani kasus bea cukai lantaran beliau sangat menguasai peraturan tentang penyelundupan. Dirinya memiliki jaringan informan di setiap tempat di beberapa Negara dan pelabuhan. Informasi yang dikumpulkan dari para informannya bermanfaat bagi kelancaran tugasnya. Upaya penangkapan barang-barang selundupan dalam jumlah besar telah diatur dalam regulasi yang berlaku. Tetapi pak Manoi, demikian sapaan akrab di lingkaran satuan tugasnya dikenal sebagai orang yang tak mau menikmati sendiri hasil pekerjaannya. Jasa yang diperoleh dari hasil penangkapan barang-barang penyelundupan tersebut dibagi rata pada semua orang yang bekerja di kantornya. Sikap seperti itu membuat dirinya banyak disukai para bawahan maupun atasan di lingkungan pekerjaan putra tulen Siau itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar